JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH SEKARANG TELAH BERADA BERKAH ALLAH TA'ALA BERSEMAYAM DALAM DADA, JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH DISINI KAMI BERMUNAJAH BERKAH NUR ROSULALLAH TERPANCAR DALAM WAJAH, JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH TERDIRI PARA REMAJA PEMUDA MENGHARAP RIDHO ALLAH TA'ALA ATAS DOSA-DOSA YANG ADA, YA ALLAH YANG MAHA AGUNG DISINI KAMI BERSIMPU SAMPAI USIAKU TAK MAMPU KARENA ALLAH TA'ALA YANG MAHA SATU

Raja Dijadikan Budak

Kadangkala untuk menunjukkansesuatu kepada sang Raja, Abu Nawas tidak bisa

hanya sekedar melaporkannya secara lisan. Raja harus mengetahuinya dengan

mata kepala sendiri, bahwa masih banyak di antara rakyatnya yang hidup

sengsara. Ada saja praktek jual beli budak.

Dengan tekad yang amat bulat Abu Nawas merencanakan menjuai Baginda

Raja. Karena menurut Abu Nawas hanya Baginda Raja yang paling patut untuk

dijual. Bukankah selama ini Baginda Raja selalu miempermainkan dirinya dan

menyengsarakan pikirannya? Maka sudah sepantasnyalah kalau sekarang giliran

Abu Nawas mengerjai Baginda Raja.

Abu Nawas menghadap dan berkata kepada Baginda Raja Harun Al Rasyid.

"Ada sesuatu yang amat menarik yang akan hamba sampaikan hanya kepada

Paduka yang mulia."

"Apa itu wahai Abu Nawas?" tanya Baginda langsung tertarik.

"Sesuatu yang hamba yakin belum pernah terlintas di dalam benak Paduka yang

mulia." kata Abu Nawas meyakinkan.

"Kalau begitu cepatlah ajak aku ke sana untuk menyaksikannya." kata Baginda

Raja tanpa rasa curiga sedikit pun.

"Tetapi Baginda ... " kata Abu Nawas sengaja tidak melanjutkan kalimatnya.

"Tetapi apa?" tanya Baginda tidak sabar.

"Bila Baginda tidak menyamarsebagai rakyat biasa maka pasti nanti orang-orang

akan banyak yang ikut menyaksikan benda ajaib itu." kata Abu Nawas.

Karena begitu besar keingintahuan Baginda Raja, maka beliau bersedia

menyamar sebagai rakyat biasa seperti yang diusulkan Abu Nawas.

Kemudian Abu Nawas dan Baginda Raja Harun Al Rasyid berangkat menuju ke

sebuah hutan.

Setibanya di hutan Abu Nawas mengajak Baginda Raja mendekati sebuah pohon

yang rindang dan memohon Baginda Raja menunggu di situ. Sementara itu Abu

Nawas menemui seorang badui yang pekerjaannya menjuai budak. Abjj Nawas

mengajak pedagang budak itu untuk mettrtat calon budak yang akan dijual

kepadanya dari jarak yang agak jauh. Abu Nawas beralasan bahwa sebenarnya

calon budak itu adalah teman dekatnya. Dari itu Abu Nawas tidak tega

menjualnya di depan mata. Setelah pedagang budak itu memperhatikan dari

kejauhan ia merasa cocok. Abu Nawas pun membuatkan surat kuasa yang

menyatakan bahwa pedagang budak sekarang mempunyai hak penuh atas diri

orang yang sedang duduk di bawah pohon rindang itu. Abu Nawas pergi begitu

menerima beberapa keping uang emas dari pedagang budak itu.




Baginda Raja masih menunggu Abu Nawas di situ ketika pedagang budak

menghampirinya. la belum tahu mengapa Abu Nawas belum juga menampakkan

batang hidungnya. Baginda juga merasa heran mengapa ada orang lain di situ.

"Siapa engkau?" tanya Baginda Raja kepada pedagang budak.

"Aku adalah tuanmu sekarang." kata pedagang budak itu agak kasar.

Tentu saja pedagang budak itu tidak mengenali Baginda Raja Harun Al Rasyid

dalam pakaian yang amat sederhana.

"Apa maksud perkataanmu tadi?" tanya Baginda Raja dengan wajah merah

padam.

"Abu Nawas telah menjual engkau kepadaku dan inilah surat kuasa yang baru

dibuatnya." kata pedagang budak dengan kasar.

"Abu Nawas menjual diriku kepadamu?" kata Baginda makin murka.

"Ya!" bentak pedagang budak.

"Tahukah engkau siapa aku ini sebenarnya?" tanya Baginda geram.

"Tidak dan itu tidak perlu." kata pedagang budak seenaknya. Lalu ia menyeret

budak barunya ke belakang rumah. Sultan Harun Al Rasyid diberi parang dan

diperintahkan untuk membelah kayu.

Begitu banyak tumpukan kayu di belakang rumah badui itu sehingga

memandangnya saja Sultan Harun Al Rasyid sudah merasa ngeri, apalagi harus

mengerjakannya.

"Ayo kerjakan!"

Sultan Harun Al Rasyid mencoba memegang kayu dan mencoba membelahnya,

namun si badui melihat cara Sultan Harun Al Rasyid memegang parang merasa

aneh.

"Kau ini bagaimana, bagian parang yang tumpul kau arahkan ke kayu, sungguh

bodoh sekali !"

Sultan Harun Al Rasyid mencoba membalik parang hingga bagian yang tajam

terarah ke kayu. la mencoba membelah namun tetap saja pekerjaannya terasa

aneh dan kaku bagi si badui.

"Oh, beginikah derita orang-orang miskin mencari sesuap nasi, harus bekerja

keras lebih dahulu. Wah lama-lama aku tak tahan juga." gumam Sultan Harun Al

Rasyid.

Si badui menatap Sultan Harun Al Rasyid dengan pandangan heran dan lamalama

menjadi marah. la merasa rugi barusan membeli budak yang bodoh.

"Hai badui! Cukup semua ini aku tak tahan."

"Kurang ajar kau budakku harus patuh kepadaku!" kata badui itu sembari

memukul baginda. Tentu saja raja yang tak pernah disentuh orang iki menjerit

keras saat dipukul kayu.

"Hai badui! Aku adalah rajamu, Sultan Harun Al Rasyid." kata Baginda sambil

menunjukkan tanda kerajaannya.

Pedagang budak itu kaget dan mulai mengenal Baginda Raja.

la pun langsung menjatuhkan diri sembari menyembah Baginda Raja. Baginda

Raja mengampuni pedagang budak itu karena ia memang tidak tahu. Tetapi

kepada Abu Nawas Baginda Raja amat murka dan gemas. Ingin rasanya beliau

meremas-remas tubuh Abu Nawas seperti telur.

0 komentar: