JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH SEKARANG TELAH BERADA BERKAH ALLAH TA'ALA BERSEMAYAM DALAM DADA, JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH DISINI KAMI BERMUNAJAH BERKAH NUR ROSULALLAH TERPANCAR DALAM WAJAH, JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH TERDIRI PARA REMAJA PEMUDA MENGHARAP RIDHO ALLAH TA'ALA ATAS DOSA-DOSA YANG ADA, YA ALLAH YANG MAHA AGUNG DISINI KAMI BERSIMPU SAMPAI USIAKU TAK MAMPU KARENA ALLAH TA'ALA YANG MAHA SATU

Tipu dibalas Tipu

Ada seorang Yogis (Ahli Yoga) mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan

memperdaya Iman Abu Nawas. Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka

berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya.

Ketika mereka datang Abu Nawas sedang melakukan salat Dhuha. Setelah

dipersilahkan masuk oleh istri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil

berbincang-bincang santai.

Seusai salat Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para tamunya

bercakap-cakap sejenak.

"Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau

engkau tidak keberatan bergabunglah bersama kami." kata Ahli Yoga.

"Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?" tanya Abu Nawas polos.

"Besok pagi." kata Pendeta.

"Baiklah kalau begitu kita bertemu di warung teh besok." kata Abu Nawas

menyanggupi.

Hari berikutnya mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah

seorang Sufi. Ahli Yoga dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka

masing-masing. Di tengah jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena

mereka memang sengaja tidak membawa bekal.

"Hai Abu Nawas, bagaimana kalau engkau saja yang mengumpulkan derma guna

membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan

kebaktian." kata Pendeta. Tanpa banyak bicara Abu Nawas berangkat mencari

dan mengumpulkan derma dari dusun satu ke dusun lain. Setelah derma

terkumpul, Abu Nawas membeli makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu

Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan. Karena

sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata,

"Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga." "Jangan sekarang. Kami

sedang berpuasa." kata Ahli Yoga.

"Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja sedangkan bagian kalian

terserah pada kalian." kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.

"Aku tidak setuju. Kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun:" kata

Pendeta.

"Betul aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi.




Besok pagi aku baru akan berbuka." kata Ahli Yoga.

"Bukankah aku yang engkau jadikan alat pencari derma Dan derma itu sekarang

telah kutukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengijinkan aku

mengambil bagian sendiri. Itu tidak masuk akal." kata Abu Nawas mulai mera

jengkel. Namun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap bersikeras tidak

mengijinkan Abu Nawas mengambil bagian yang menja haknya.

Abu Nawas penasaran. la mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya

agar mengijinkan ia memakan bagianya. Tetapi mereka tetap saja menolak.

Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tid

memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.

"Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian." kata Pendeta kepada Abu

Nawas.

"Perjanjian apa?" tanya Abu Nawas.

"Kita adakan lomba. Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia

akan mendapat bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang

terburuk akan mendapat paling sedikit." Pendeta itu menjelaskan.

Abu Nawas setuju. la tidak memberi komentar apa-apa.

IVfalam semakin larut. Embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga

mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur.

Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri

makanan itu. Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis makanan itu

hinggatidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru

bisa tidur.

Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah

berseri-seri bercerita,

"Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan

Nirvana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya

dalam hidup ini."

Pendeta mengatakan bahwa mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betulbetul

luar biasa. Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya.

"Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan temyata memang benar. Aku

secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku

hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku

diberkatinya."

Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta, Abu Nawas hanya diam.

la bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun.

Karena Abu Nawas belum juga buka mulut, Pendeta dai Ahli Yoga mulai tidak

sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.

"Kalian tentu tahu Nabi Daud alaihissalam. Beliau adalah seorang nabi yang ahli

berpuasa. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau. Beliau

menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena

aku memang tidak makan sejak dini hari Kemudian beliau menyuruhku segera

berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani mengabaikan

perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan

makanan itu." kata Abu Nawas tanpa perasaa bersalah secuil pun.

Sambil menahan rasa lapar yang menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga saling

berpandangan satu sama lain.

Kejengkelan Abu Nawas terobati.

Kini mereka sadar bahwa tidak ada gunanya coba-coba mempermainkan Abu

Nawas, pasti hanya akan mendapat celaka sendiri.

0 komentar: