JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH SEKARANG TELAH BERADA BERKAH ALLAH TA'ALA BERSEMAYAM DALAM DADA, JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH DISINI KAMI BERMUNAJAH BERKAH NUR ROSULALLAH TERPANCAR DALAM WAJAH, JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH TERDIRI PARA REMAJA PEMUDA MENGHARAP RIDHO ALLAH TA'ALA ATAS DOSA-DOSA YANG ADA, YA ALLAH YANG MAHA AGUNG DISINI KAMI BERSIMPU SAMPAI USIAKU TAK MAMPU KARENA ALLAH TA'ALA YANG MAHA SATU

Strategi Maling

Tanpa pikir panjang Abu Nawas memutuskan untuk menjual keledai

kesayangannya. Keledai itu merupakan kendaraan Abu Nawas satu-satunya.

Sebenarnya ia tidak tega untuk menjualnya. Tetapi keluarga Abu Nawas amat

membutuhkan uang. Dan istrinya setuju.

Keesokan harinya Abu Nawas membawa keledai ke pasar. Abu Nawas tidak tahu

kalau ada sekelompok pencuri yang terdiri dari empat orang telah mengetahui

keadaan dan rencana Abu Nawas. Mereka sepakat akan memperdaya Abu

Nawas. Rencana pun mulai mereka susun.

Ketika Abu Nawas beristirahat di bawah pohon, salah seorang mendekat dan

berkata,

"Apakah engkau akan menjual kambingmu?"

Tentu saja Abu Nawas terperanjat mendengar pertanyaan yang begitu tibatiba.

"Ini bukan kambing." kata Abu Nawas.

"Kalau bukan kambing, lalu apa?" tanya pencuri itu selanjutnya.

"Keledai." kata Abu Nawas.

"Kalau engkau yakin itu keledai, jual saja ke pasar dan dan tanyakan pada

mereka." kata komplotan pencuri itu sambil berlalu. Abu Nawas tidak

terpengaruh. Kemudian ia meneruskan perjalanannya.

Ketika Abu Nawas sedang menunggang keledai, pencuri kedua menghampirinya

dan berkata."Mengapa kau menunggang kambing."

"Ini bukan kambing tapi keledai."

"Kalau itu keledai aku tidak bertanya seperti itu, dasar orang aneh. Kambing

kok dikatakan keledai."

"Kalau ini kambing' aku tidak akan menungganginya." jawab Abu Nawas tanpa

ragu.

"Kalau engkau tidak percaya, pergilah ke pasar dan tanyakan pada orang-orang

di sana." kata pencuri kedua sambil berlalu.

Abu Nawas belum terpengaruh dan ia tetap berjalan menuju pasar.

Pencuri ketiga datang menghampiri Abu Nawas,"Hai Abu Nawas akan kau bawa

ke mana kambing itu?"

Kali ini Abu Nawas tidak segera menjawab.la mulai ragu, sudah tiga orang

mengatakan kalau hewan yang dibawanya adalah kambing.

Pencuri ketiga tidak menyia-nyiakan kesempatan. la makin merecoki otak Abu

Nawas, "Sudahlah, biarpun kau bersikeras hewan itu adalah keledai nyatanya

itu adalah kambing, kambing ....... kambiiiiiing !"

Abu Nawas berhenti sejenak untuk beristirahat di bawah pohon. Pencuri

keempat melaksanakan strategi busuknya. la duduk di samping Abu Nawas dan

mengajak tokoh cerdik ini untuk berbincang-bincang.

"Ahaa, bagus sekali kambingmu ini...!" pencuri keempat membuka percakapan.

"Kau juga yakin ini kambing?" tanya Abu Nawas.

"Lho? ya jelas sekali kalau hewan ini adalah kambing. Kalau boleh aku ingin

membelinya."

"Berapa kau mau membayarnya?"

"Tiga dirham!"




Abu Nawas setuju. Setelah menerima uang dari pencuri keempat kemudian Abu

Nawas langsung pulang. Setiba di rumah Abu Nawas dimarahi istrinya.

"Jadi keledai itu hanya engkau jual tiga dirham lantaran mereka mengatakan

bahwa keledai itu kambing?" Abu Nawas tidak bisa menjawab. la hanya

mendengarkan ocehan istrinya dengan setia sambil menahan rasa dongkol. Kini

ia baru menyadari kalau sudah diperdayai oleh komplotan pencuri yang

menggoyahkan akal sehatnya.

Abu Nawas merencanakan sesuatu. la pergi ke hutan mencari sebatang kayu

untuk dijadikan sebuah tongkat yang nantinya bisa menghasilkan uang..

Rencana Abu Nawas ternyata berjalan lancar. Hampir semua orang

membicarakan keajaiban tongkat Abu Nawas. Berita ini juga terdengar oleh

para pencuri yang telah menipu Abu Nawas. Mereka langsung tertarik. Bahkan

mereka melihat sendiri ketika Abu Nawas membeli barang atau makan tanpa

membayar tetapi hanya dengan mengacungkan tongkatnya. Mereka berpikir

kalau tongkat itu bisa dibeli maka tentu mereka akan kaya karena hanya

dengan mengacungkan tongkat itu mereka akan mendapatkan apa yang mereka

inginkan.

Akhirnya mereka mendekati Abu Nawas dan berkata, "Apakah tongkatmu akan

dijual?"

"Tidak." jawab Abu Nawas dengan cuek.

"Tetapi kami bersedia membeli dengan harga yang amat tinggi." kata mereka.

"Berapa?" kata Abu Nawas pura-pura merasa tertarik.

"Seratus dinar uang emas." kata mereka tanpa ragu-ragu.

"Tetapi tongkat ini adalah tongkat wasiat satu-satunya yang aku miliki." kata

Abu Nawas sambil tetap berpura-pura tidak ingin menjual tongkatnya.

"Dengan uang seratus dinar engkau sudah bisa hidup enak." Kata mereka makin

penasaran.

Abu Nawas diam beberapa saat sepertinya merasa keberatan sekali.

"Baiklah kalau begitu." kata Abu Nawas kemudian sambil menyerahkan

tongkatnya.

Setelah menerima seratus dinar uang emas Abu Nawas segera melesat pulang.

Para pencuri itu segera mencari warung terdekat untuk membuktikan keajaiban

tongkat yang baru mereka beli. Seusai makan mereka mengacungkan tongkat

itu kepada pemilik kedai. Tentu saja pemilik kedai marah.

"Apa maksudmu mengacungkan tongkat itu padaku?" "Bukankah Abu Nawas juga

mengacungkan tongkat ini dan engkau membebaskannya?" tanya para pencuri

itu.

"Benar. Tetapi engkau harus tahu bahwa Abu Nawas menitipkan sejumlah uang

kepadaku sebelum makan di sini!"

"Gila! Temyata kita tidak mendapat keuntungan sama sekali menipu Abu

Nawas. Kita malah rugi besar!" umpat para pencuri dengan rasa dongkol.

0 komentar: