JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH SEKARANG TELAH BERADA BERKAH ALLAH TA'ALA BERSEMAYAM DALAM DADA, JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH DISINI KAMI BERMUNAJAH BERKAH NUR ROSULALLAH TERPANCAR DALAM WAJAH, JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH TERDIRI PARA REMAJA PEMUDA MENGHARAP RIDHO ALLAH TA'ALA ATAS DOSA-DOSA YANG ADA, YA ALLAH YANG MAHA AGUNG DISINI KAMI BERSIMPU SAMPAI USIAKU TAK MAMPU KARENA ALLAH TA'ALA YANG MAHA SATU

Tugas Yang Mustahil

Abu Nawas belum kembali. Kata istrinya ia bersarna seorang Pendeta dan

seorang Ahli Yoga sedang melakukan pengembaraan suci. Padahal saat ini

Baginda amat membutuhkan bantuan Abu Nawas. Beberapa hari terakhir ini

Baginda merencanakan membangun istana di awang-awang. Karena sebagian

dari raja-raja negeri sahabat telah membangun bangunan-bangunan yang luar

biasa.

Baginda tidak ingin menunggu Abu Nawas iebih lama lagi. Beliau mengutus

beberapa orang kepercayaannya untuk mencari Abu Nawas. Mereka tidak

berhasil menemukan Abu Nawas kerena Abu Nawas ternyata sudah berada di

rumah ketika mereka baru berangkat.

Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Baginda amat riang.

Saking gembiranya beliau mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar

menukar cerita-cerita lucu, lalu Baginda mulai mengutarakan rencananya.

"Aku sangat ingin membangun istana di awang-awang agar aku Iebih terkenal di

antara raja-raja yang lain. Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud,

wahai Abu Nawas?"

"Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini Paduka yang mulia." kata

Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda.

"Kalau menurut pendapatmu hal itu tidak mustahil diwujudkan maka aku

serahkan sepenuhnya tugas ini kepadamu." kata Baginda puas.

Abu Nawas terperanjat. la menyesal telah mengatakan kemungkinan

mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Katakata

yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali.

Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang

lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang.

Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun

sudah merupakan hal yang mustahil dikerjakan. Hanya Tuhan saja yang mampu

melakukannya. Begitu gumam Abu Nawas.

Hari-hari berlalu seperti biasa. Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali

memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu

benar-benar istana di langit. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubunghubungkan.

Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya.

Sampai ia ingat bahwa dulu ia pernah bermain layang-layang.

Dan inilah yang membuat Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan

waktu lagi. la bersama beberapa kawannya merancang layang-layang raksasa

berbentuk persegi empat. Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu-pintu

serta jendela-jendela dan ornamen-ornamen lainnya.

Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan

layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan.




Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa,

penduduk negeri gempar.

Baginda Raja girang bukan kepalang. Benarkah Abu Nawas berhasil membangun

istana di langit? Dengan tidak sabar beliau didampingi beberapa orang

pengawal bergegas menemui Abu Nawas.

Abu Nawas berkata dengan bangga.

"Paduka yang mulia, istana pesanan Paduka telah rampung."

"Engkau benar-benar hebat wahai Abu Nawas." kata Baginda memuji Abu

Nawas.

"Terima kasih Baginda yang mulia." kata Abu Nawas "Lalu bagaimana caranya

aku ke sana?" tanya Baginda. "Dengan tambang, Paduka yang mulia." kata Abu

Nawas.

"Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku

dari dekat." kata Baginda tidak sabar.

"Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang

itu. Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun."

kata Abu Nawas. .

"Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke

bumi?" tanya Baginda.

"Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia." kata Abu Nawas dengan

bangga.

"Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa terbang ke sana." kata

Baginda.

"Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi." kata Abu

Nawas menjelaskan.

"Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?" tanya Baginda sambil melotot.

"Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu." jawab Abu Nawas tangkas.

"Apa maksudmu?" tanya Baginda lagi.

"Baginda tahu bahwa membangun istana di awang-awang adalah pekerjaan

yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba

mengerjakannya. Sedangkan hamba juga tahu bahwa pekerjaan itu mustahil

dikerjakan, Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk

akal itu." kata Abu Nawas berusaha meyakinkan Baginda.

Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya. Abu

Nawas berdiri sendirian sambi memandang ke atas melihat istana terapung di

awang-awang.

"Sebenarnya siapa diantara kita yang gila?" tanya Baginda mulai jengkel.

"Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku." jawab Abu Nawas

tanpa ragu.

0 komentar: