JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH SEKARANG TELAH BERADA BERKAH ALLAH TA'ALA BERSEMAYAM DALAM DADA, JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH DISINI KAMI BERMUNAJAH BERKAH NUR ROSULALLAH TERPANCAR DALAM WAJAH, JAM'IYYAH NURUSSA'ADAH TERDIRI PARA REMAJA PEMUDA MENGHARAP RIDHO ALLAH TA'ALA ATAS DOSA-DOSA YANG ADA, YA ALLAH YANG MAHA AGUNG DISINI KAMI BERSIMPU SAMPAI USIAKU TAK MAMPU KARENA ALLAH TA'ALA YANG MAHA SATU

Asmara Yang Aneh

Secara tak terduga Pangeran yang menjadi putra marikota jatuh sakit. Sudah

banyak tabib yang didatangkan untuk memeriksa dan mengobati tapi tak

seorang pun mampu menyembuhkannya. Akhirnya Raja mengadakan

sayembara. Sayembara boleh diikuti oleh rakyat dari semua lapisan. Tidak

terkecuali oleh para penduduk negeri tetangga.

Sayembara yang menyediakan hadiah menggiurkan itu dalam waktu beberapa

hari berhasil menyerap ratusan peserta. Namun tak satu pun dari mereka

berhasil mengobati penyakit sang pangeran. Akhirnya sebagai sahabat dekat

Abu Nawas, menawarkan jasa baik untuk menolong sang putra mahkota.

Baginda Harun Al Rasyid menerima usul itu dengan penuh harap. Abu Nawas

sadar bahwa dirinya bukan tabib. Dari itu ia tidak membawa peralatan apa-apa.

Para tabib yang ada di istana tercengang melihat Abu Nawas yang datang tanpa

peralatan yang mungkin diperlukan. Mereka berpikir mungkinkah orang macam

Abu Nawas ini bisa mengobati penyakit sang pangeran? Sedangkan para tabib

terkenal dengan peralatan yang lengkap saja tidak sanggup. Bahkan

penyakitnya tidak terlacak. Abu Nawas merasa bahwa seluruh perhatian tertuju

padanya. Namun Abu Nawas tidak begitu memperdulikannya.

Abu Nawas dipersilahkan memasuki kamar pangeran yang sedang terbaring. la

menghampiri sang pangeran dan duduk di sisinya.

Setelah Abu Nawas dan sang pangeran saling pandang beberapa saat, Abu

Nawas berkata, "Saya membutuhkan seorang tua yang di masa mudanya sering

mengembara ke pelosok negeri."

Orang tua yang diinginkan Abu Nawas didatangkan. "Sebutkan satu persatu

nama-nama desa di daerah selatan." perintah Abu Nawas kepada orang tua itu.




Ketika orang tua itu menyebutkan nama-nama desa bagian selatan, Abu Nawas

menempelkan telinganya ke dada sang pangeran. Kemudian Abu Nawas

memerintahkan agar menyebutkan bagian utara, barat dan timur. Setelah

semua bagian negeri disebutkan, Abu Nawas mohon agar diizinkan mengunjungi

sebuah desa di sebelah utara. Raja merasa heran.

"Engkau kuundang ke sini bukan untuk bertamasya." "Hamba tidak bermaksud

berlibur Yang Mulia." kata Abu Nawas.

"Tetapi aku belum paham." kata Raja.

"Maafkan hamba, Paduka Yang Mulia. Kurang bijaksana rasanya bila hamba

jelaskan sekarang." kata Abu Nawas. Abu Nawas pergi selama dua hari.

Sekembali dari desa itu Abu Nawas menemui sang pangeran dan membisikkan

sesuatu kemudian menempelkan telinganya ke dada sang pangeran. Lalu Abu

Nawas menghadap Raja.

"Apakah Yang Mulia masih menginginkan sang pangeran tetap hidup?" tanya

Abu Nawas.

"Apa maksudmu?" Raja balas bertanya.

"Sang pangeran sedang jatuh cinta pada seorang gadis desa di sebelah utara

negeri ini." kata Abu Nawas menjelaskan.

"Bagaimana kau tahu?"

"Ketika nama-nama desa di seluruh negeri disebutkan tiba-tiba degup

jantungnya bertambah keras ketika mendengarkan nama sebuah desa di bagian

utara negeri ini. Dan sang pangeran tidak berani mengutarakannya kepada

Baginda."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Raja.

"Mengawinkan pangeran dengan gadis desa itu."

"Kalau tidak?" tawar Raja ragu-ragu.

"Cinta itu buta. Bila kita tidak berusaha mengobati kebutaannya, maka ia akan

mati." Rupanya saran Abu Nawas tidak bisa ditolak. Sang pangeran adalah putra

satu-satunya yang merupakan pewaris tunggal kerajaan.

Abu Nawas benar. Begitu mendengar persetujuan sang Raja, sang pangeran

berangsur-angsur pulih. Sebagai tanda terima kasih Raja memberi Abu Nawas

sebuah cincin permata yang amat indah.

0 komentar: