Posted in
Kisah
Di Gores
kang iyanon Minggu, 06 Juni 2010
jam
18.33
Diriwayatkan bahawa seorang tukang jagal terpesona kepada budak tetangganya. Suatu saat gadis itu mendapatkan tugas menyelesaikan urusan keluarganya di desa lain. Si tukang jagal lalu mengikutinya dari belakang sampai akhirnya berhasil menemukannya. Si tukang jagal lalu memanggil gadis itu dan mengajaknya menikmati kesempatan langka dan indah itu. Tetapi gadis itu menjawab, "Jangan lakukan. Meskipun sangat mencintaimu, aku sangat takut kepada Allah."
Mendengar jawapan itu, si tukang jagal merasa dunia berputar. Kerana menyesal dan sedar hatinya gementar, tenggoroknya kering dan hatinya semakin berdebar, dia lalu berkata, "Kau takut kepada Allah sedangkan aku tidak."
Dia pulang sambil bertaubat. Di jalan ia diserang haus dan nyaris mati. Is kemudian bertemu seorang soleh. Mereka berjalan bersama. Mereka melihat gumpalan awan berjalan menaungi mereka berdua sampai mereka masuk ke sebuah desa. Mereka berdua yakin bahawa awan itu untuk orang yang soleh. Kemudian mereka berpisah di desa tersebut. Awan itu ternyata condong dan terus menaungi si tukang jagal itu sampai dia tiba di rumahnya. Orang soleh tadi hairan melihat kenyataan ini. Dia lalu mengikuti tukang jagal tadi lantas bertanya kepadanya dan dijawabnya juga di tempat itu. Maka laki-laki soleh itu berkata, "Janganlah hairan terhadap apa yang kau lihat, kerana orang yang bertaubat kepada Allah itu berada di suatu tempat yang tak seorang pun berada di situ
Berawal dari tamu yang sering berkunjung di kediaman Habib Hasyim bin Muhammad bin Yahya untuk meminta nasehat dan doa dari beliau, dan hampir tiap hari selalu ada orang yang datang berkunjung di kediamannya, ada kalanya orang yang datang meminta nasehat dan doa, namun tidak sedikit pula yang datang hanya sekedar silaturrahim saja.
Walid Hasyim, begitulah beliau akrab disapa, baik di rumahnya, tetangga-tetangganya, maupun orang-orang yang mengenalnya. Beliau adalah sesosok orang yang selalu memberikan 'pencerahan' bagi orang yang membutuhkan akan nasehatnya, dengan kepiawaian serta tabiat dan kepribadiannya yang membuat masyarakat sekitar menaruh rasa akan tawadlunya, pantaslah sosok beliau kami para jamaah menyebutnya sebagai “ ulama kharismatik “.
Lalu atas inisiatif dan prinsip yang sangat kuat serta petunjuk dari Allah, beliau mengajak ummat untuk berdzikir (dzikrullah) yaitu dengan tidak memandang banyak atau sedikitnya peserta/jamaah yang hadir dan tidak memandang pula tua ataupun muda akan tetapi beliau mengatakan bahwa yang diutamakan adalah rutinitas dan kedisiplinan maka dengan ijin Allah dibentuk suatu tempat berkumpul pada setiap satu minggu sekali tepatnya pada malam senin untuk berdzikir kepada Allah dengan membaca Ratib Al-Haddad dan Solawat Nabi di kediamannya, di Jalan Kapten Arya Gg.35, sebuah tempat yang terletak di tengah kota Indramayu, namun tempat kediaman beliau masuk ke dalam tepatnya di kelurahan Karangmalang. "Jam'iyyah Nurussa'adah" begitulah jamaah menyebutnya.
Disatu sisi, beliau mempunyai keturunan yang selalu mengikuti jejak ayahnya, diantara keturunan beliau yang paling menonjol dan aktif adalah Habib Mabar Al-Maududi bin Hasyim bin Yahya, karena sejak kecil beliau sudah aktif dalam menuntut ilmu agama, beliau menimba ilmu dari banyak orang, dimulai dari ayahnya sendiri, pamannya, serta para Habaib dan Ulama. Pembacaan Ratib Al-Haddad dan Solawat Nabi dipimpin langsung oleh Walid Hasyim sendiri kecuali beliau berhalangan hadir dan biasanya digantikan oleh putra beliau, terkadang setelah dzikir selesai biasa sedikit di hidangkan siraman penyejuk qolbu atau rahat-rahat sambil ngaji kuping oleh Walid sendiri. Jam'iyyah Ratib Al-Haddad dan Solawat Nabi kurang lebih hampir 13 Tahun berjalan sampai dengan sekarang. Semoga dengan ridho dan ijin Allah Jam’iyyah ini akan selalu ada sampai akhir hayat nanti…amin barokallah.
0 komentar:
Posting Komentar